Studi Kasus Mengenai Telematika
4 Kasus Penyadapan Di Indonesia
TEMPO.CO, Jakarta
- Aksi sadap-menyadap bukan hal baru di Indonesia. Bahkan berdasarkan data yang
dikumpulkan, cukup banyak aksi penyadapan yang terungkap beberapa tahun
terakhir dengan target tak hanya pejabat publik, tapi juga pengusaha dan warga
Indonesia sendiri. Berikut ini beberapa contohnya:
1. Penyadapan Rumah Dinas Jokowi
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Tjahjo Kumulo mengungkapkan rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sempat disadap. Adapun penyadapan berlangsung sejak tiga bulan lalu.
Jokowi mengakui penyadapan itu benar terjadi. Namun ia memilih untuk tidak terlalu memikirkannya karena merasa tak ada hal penting yang dibicarakannya di rumah. "Yang mau disadap dari saya apa, sih?"
2. Penyadapan Pemerintah Indonesia oleh Australia
Analis dari Agensi Keamanan Nasional Amerika Serikat alias NSA, Edward Snowden, pada Desember lalu mengungkapkan pemerintah Australia telah melakukan penyadapan terhadap pemerintahan Indonesia. Adapun penyadapan yang dilakukan pada 2009 itu berfokus pada lingkar Istana Kepresidenan Indonesia, termasuk keluarga presiden.
Snowden mengatakan aksi penyadapan itu merupakan bagian dari program kerja oritas nasional penyadapan Australia alias Australian Signals Directorate (ASD. Program itu diberi sandi "Stateroom" serta meliputi intersepsi radio, telekomunikasi, dan lalu lintas Internet.
3.
Penyadapan oleh Operator Telepon
Pekan lalu, New York Times dan Canberra Times melaporkan adanya dugaan penyadapan 1,8 juta pelanggan Telkomsel dan Indosat oleh NSA dan badan intelijen Australia. Laporan ini, lagi-lagi, berasal dari mantan anggota NSA, Edward Snowden. Edward menyebutkan adanya spionase massal dan pengumpulan data dari dua operator tersebut.
4. Penyadapan KPK terhadap Kabareskrim Susno Duadji
Konfrontasi cicak (KPK) versus buaya (Polri) yang terjadi pada 2009 berawal dari penyadapan telepon genggam mantan Kepala Badan Reserese dan Kriminal Mabes Polri Susno Duadji oleh KPK. KPK menyadap telepon genggam Susno karena pria berbadan tambun itu terindikasi terlibat kasus penggelapan dana nasabah Bank Century. Susno, kala itu, diduga menerima uang Rp 10 miliar.
Analisa
mengenai kasus di atas, dari segi :
Teknologi
:
Ada
sejumlah cara untuk memonitor percakapan telepon. Salah satu pihak dapat
merekam percakapan, baik dengan bantuan alat rekam ataupun melalui komputer yang
memiliki perangkat lunak perekam panggilan. Perekaman ini, baik yang dilakukan
secara terbuka ataupun terselubung, dapat dimulai secara manual, secara
otomatis dengan mendeteksi suara pada saluran telepon (VOX), atau secara
otomatis setiap kali panggilan telepon diputus. ATIS (Audio Telecommunication
International Systems), adalah sebuah generasi baru dari Instant Recall
Recorders (IRC) dalam teknologi solid-state, yang dapat dikoneksikan ke dalam
audio source berupa telepon atau handphone GSM/AMPS/CDMA dan akan merekam atau
menyadap seluruh komunikasi suara dengan kapasitas aktif lebih dari 680 menit
dan 1000 panggilan yang berbeda.
Pendapat
:
Kita
harus berhati hati dalam berkomunikasi, memang kita orang biasa saja, tapi bisa
saja kita menjadi korban. Dalam kehidupan kita sehari-hari di zaman canggih ini
kita terbiasa menggunakan teknologi komunikasi suara jarak jauh dengan telepon
kabel maupun telepon genggam tanpa kabel. Dengan kecanggihan telepon saat ini,
kita tidak hanya bisa berbicara secara rahasia dengan seseorang saja, namun
bisa ngobrol ramai-ramai lebih dari dua telepon dengan secara konferensi. Agar orang lain yang melakukan penyadapan
tidak mengerti isi dari hal-hal yang dibicarakan, maka gunakanlah bahasa
ciptaan anda sendiri yang sulit untuk diterjemahkan oleh orang yang tidak
mengetahuinya. Bahasa yang unik yang hanya diketahui kelompok kita saja akan
sangat mempersulit para pelaku penyadapan telepon untuk mencari apa yang mereka
cari.
2. Ilmuwan Israel temukan cara meretas komputer tanpa harus online!
Merdeka.com - Ilmuwan Israel ternyata
tidak hanya aktif dalam urusan pengembangan persenjataan militer saja.
Baru-baru ini mereka berhasil menemukan cara baru untuk meretas sebuah komputer
tanpa perlu koneksi dunia maya.
Hampir semua aksi hacking atau peretasan
dilakukan dengan media internet, namun sepertinya ilmuwan Israel berhasil
menghilangkan pembatas itu menggunakan metode yang disebut 'Airhopper'.
Teknik hacking Airhopper sendiri memungkinkan
seorang hacker untuk menyerang sebuah komputer atau mencuri data di dalamnya
hanya menggunakan gelombang radio. Caranya pun diklaim cukup sederhana di mana
mereka hanya memerlukan sebuah smartphone yang bisa dipakai untuk radio alias
mampu menangkap sinyal gelombang berfrekuensi FM.
Ini tentunya menjadi berita buruk bagi
individu, perusahaan, hingga pemerintah yang sering menyimpan data penting
mereka di sebuah komputer yang sengaja tidak diberi akses online atau
konektivitas jaringan lokal (LAN) agar tidak tersentuh oleh hacker. Cara
pengamanan data seperti ini kerap disebut 'air-gap'. Nah, para hacker dari Universitas Ben-Gurion
Israel nyatanya mampu menggunakan smartphone Samsung Galaxy S4 untuk mencuri
data sebuah komputer dengan syarat si hacker sudah lebih dulu mampu menaklukkan
firewall atau sistem keamanan dari si komputer target. Nantinya, Galaxy S4
digunakan sebagai penerima sinyal radio dari komputer target.
Langkah-langkahnya pun sederhana, si hacker hanya
perlu meninggalkan Galaxy S4 tersebut pada jarak tertentu dengan komputer
target. Kemudian si hacker tinggal mengirimkan virus pada smartphone tersebut
untuk memungkinkannya untuk mencuri data dari komputer target lewat sinyal
radio yang dipancarkan oleh kartu grafis (GPU) komputer tersebut.
"Modusnya adalah dengan masuk ke dalam
sebuah pusat keamanan sebuah perusahaan dan meninggalkan smartphone di pintu
masuk. Lalu, secara otomatis virus akan mengunduh data dari komputer ke
smartphone tersebut," ujar Dudu Mimran, salah satu ilmuwan sekaligus
hacker dari Universitas Ben-Gurion, Daily Mail (20/11).
Meski sampai saat ini ilmuwan belum menemukan
cara untuk menghentikan metode hacking Airhopper, hacker sampai saat ini hanya
bisa mencuri data dengan kecepatan pengunduhan yang relatif lambat, yakni hanya
60 byte tiap detiknya. Untuk mencapai kecepatan pencurian data tersebut,
smartphone yang dijadikan perantara h tadi juga harus diletakkan pada jarak 1
hingga 7 meter dari komputer target.
Celakanya, saat proses pencurian data lewat
Airhopper dilakukan, hampir pasti si pemilik komuter tidak akan menyadari bila
perangkatnya sedang diretas. Sungguh berbahaya
Analisa terhadap kejahatan di atas, dari segi :
Teknologi :
Israel berhasil menghilangkan pembatas itu
menggunakan metode yang disebut 'Airhopper'. Teknik hacking Airhopper sendiri
memungkinkan seorang hacker untuk menyerang sebuah komputer atau mencuri data
di dalamnya hanya menggunakan gelombang radio. Caranya pun diklaim cukup
sederhana di mana mereka hanya memerlukan sebuah smartphone yang bisa dipakai
untuk radio alias mampu menangkap sinyal gelombang berfrekuensi FM. Langkah-langkahnya
pun sederhana, si hacker hanya perlu meninggalkan Galaxy S4 tersebut pada jarak
tertentu dengan komputer target. Kemudian si hacker tinggal mengirimkan virus
pada smartphone tersebut untuk memungkinkannya untuk mencuri data dari komputer
target lewat sinyal radio yang dipancarkan oleh kartu grafis (GPU) komputer
tersebut.
Kekurangan :
Meski bisa digunakan untuk mengirim data, AirHoper
masih memiliki kekurangan karena menggunakan perangkat yang tidak
terhubung dengan internet. Hal ini menyebabkan kecepatan transfer data sangat
lemah. Metode ini hanya bisa mentransfer data 60 bytes per detik dan
hanya bisa dilakukan dalam jarak 1 meter sampai 7 meter
Pendapat :
Meskipun kelihatan sangat berbahaya, tapi hacker juga nggak semudah
itu membobol sistem korban. Mereka harus membobol firewall terlebih
dahulu. Selain itu, untuk melakukan pencurian data, transfer rate-nya
hanya sekitar 60 byte per detik. Meskipun begitu, metode ini bakal bisa terus berkembang lebih dahsyat lagi.
Para peneliti pun hingga kini masih belum bisa menghentikan Airhopper
in
3. Sindikat Carding Senilai Ratusan Miliar Berhasil Digulung
JAKARTA,JUMAT - Direktorat
Kriminal Khusus Polda Metro Jaya berhasil mengungkap sindikat penggandaan kartu
kredit (carding). Lewat kejahatan ini, beberapa bank mengalami kerugian yang
jika ditotal mencapai ratusan milliar.
Tersangka Andre Christian Brail (28) dan
Khayrunisa (44) diketahui telah melakukan kejahatan ini sejak tahun 2000.
"Keduanya merupakan eksekutor. Andre
tertangkap di Hotel Sultan tanggal delapan Februari dan Khayrunisa tertangkap
di rumahnya di kawasan Tebet," kata Kasat Fismondef AKBP Bahagia Dachi di
Polda Metro Jaya Jakarta, Jumat (13/2).
Bachi menjelaskan, modus kejahatan ini hanya
dengan memanfaatkan pin dan no kartu kredit nasabah yang masih bisa digunakan
untuk otorisasi secara ilegal. Selanjutnya, dengan menggunakan kartu kredit
kosong dicetak melalui perangkat komputer dan mesin cetak canggih.
"Setelah itu kartu bisa digunakan untuk
transaksi seperti belanja, menginap di hotel serta melakukan tarik tunai,"
tambah Bachi.
Sementara itu, dari kejahatan dikumpulkan
berbagai barang bukti yakni, 27 lembar kartu kredit palsu, delapan buah
handphone,sebuah mesin cetak embosser, sebuah skimmer merk MSR 2006, dua buah
laptop, sebuah alat pembaca (umron) dan sebuah hard disk.
Selain itu, terdapat sebuah tas merk samhose, dua
buah tas merek Charles and Keith hasil transaksi dan catatan no kartu yang
diperoleh dari internet. "Penangkapan bisa dilakukan setelah mendapat
laporan dari masyarakat yang tidak merasa membelanjakan menggunakan kartu
kreditnya,"lanjut Bachi.
Kedua tersangka, lanjut Bachi, saat ini berada
dalam pemrosesan. Tersangka dijerat UU pasal 263 KUHP dan 378 KUHP soal
pemalsuan kartu kredit. Selain itu, saat ini pihak polisi juga sedang
mencari seseorang berinisial KR yang diduga bertugas memberi data nasabah dari
berbagai bank kepada tersangka. "Jika sudah tertangkap bisa diketahui
semuanya bagaimana jaringan ini bekerja," jelas Bachir.
Sumber :
http://tekno.kompas.com/read/2009/02/13/18105150/sindikatcardingsenilairatusanmiliarberhasildigulung
Analisa Terhadap Kasus Di atas adalah , dari segi :
·
Teknologi :
Teknologi yang di gunakan dalam kejahatan ini
dengan memanfaatkan fasilitas dunia maya sebagai alat berbisnis via online
dengan memanfaatkan sistem transaksi kartu kredit. Kejahatan carding
bisa terjadi karena keteledoran pemilik kartu kredit itu sendiri, aksi
pencurian, atau bisa juga mengunakan kartu kredit orang lain karena
menemukannya secara tidak sengaja. Secara online, carding
sendiri bisa disebabkan akibat lemahnya sistem keamanan pengelola layanan online
shopping dan pemilik Electronic Data Capture (EDC). Carding
juga dapat dilakukan dengan cara mencuri data dari suatu database yang berisi
daftar kartu kredit dan data pemilik lalu mengunakannya untuk belanja
elektronik atau bertransaksi online shopping.
·
Pendapat :
Banyaknya kejahatan carding karena
banyak masyarakat senang mengakses website yang tidak bertanggung jawab.
Di samping itu, banyak pula website yang menyediakan nomor-nomor kartu
kredit. Mungkin dengan semakin maraknya kasus kejahatan ini, Lembaga yang
menangani kasus seperti ini diperlukan
untuk memberikan informasi tentang cybercrime, melakukan sosialisasi secara
intensif kepada masyarakat, serta melakukan riset-riset khusus dalam
penanggulangan cybercrime. Seperti, Penggunaan enkripsi untuk meningkatkan
keamanan. Penggunaan enkripsi yaitu dengan mengubah data-data yang dikirimkan
sehingga tidak mudah disadap (plaintext diubah menjadi chipertext). Untuk
meningkatkan keamanan authentication (pengunaan user_id dan password),
penggunaan enkripsi dilakukan pada tingkat socket. Kita harus waspada jangan sekali-kali Anda memberikan informasi
terkait kartu kredit Anda berikut identitas Anda kepada pihak manapun sekalipun
hal tersebut ditanyakan oleh pihak yang mengaku sebagai petugas bank. Jika Anda menerima tagihan pembayaran atas
transaksi yang tidak pernah Anda lakukan maka segera laporkan kepada pihak bank
penerbit untuk dilakukan investigasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar